Kompaz Indonesia - Bantuan kemanusiaan lebih dari US$ 110 juta (Rp 1,5 triliun) sepakat dikumpulkan untuk disalurkan kepada pengungsi Palestina. Bantuan sebesar itu datang dari puluhan negara yang hadir dalam konferensi terbaru mendukung Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA.
UNRWA berjuang memenuhi kebutuhan warga Palestina usai pemerintahan Amerika Serikat (AS) menghentikan pendanaan rutin untuk badan pengungsi Palestina itu.
Seperti dilansir AFP, Rabu (26/6/2019), Direktur UNRWA, Pierre Kraehenbuehl, menyatakan bahwa bantuan ini akan membantu UNRWA dalam menutup biaya untuk beberapa bulan ke depan dan menghindari krisis anggaran. Diketahui bahwa UNRWA selama ini memberikan layanan pendidikan dan kesehatan untuk warga Palestina.
Sekitar 35 negara, sebagian besar negara-negara Eropa dan Arab, menghadiri konferensi mendukung UNRWA yang digelar di markas PBB di New York, AS. Kontribusi terbesar untuk Palestina datang dari Uni Eropa, Jerman dan Inggris.
Konferensi ini digelar pada hari yang sama saat pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengungkapkan komponen ekonomi dari rencana perdamaian Timur Tengah yang ditunggu-tunggu sejak lama. Pengungkapan itu digelar dalam sebuah workshop di Bahrain, yang diboikot oleh Otoritas Palestina. Rencana AS itu menawarkan prospek investasi sebesar US$ 50 miliar di wilayah Palestina dan negara-negara Arab untuk jangka waktu 10 tahun.
Tahun lalu, pemerintahan Trump menghentikan seluruh pendanaan untuk UNRWA, dengan alasan penyaluran dana itu memiliki cacat. AS saat itu menyatakan tengah mengupayakan sebuah proposal yang memberikan solusi untuk konflik Israel-Palestina.
Pada Mei lalu, penasihat AS untuk urusan Timur Tengah, Jason Greenblatt, menuturkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa UNRWA harus dibubarkan dan tugas-tugasnya diserahkan kepada negara-negara yang menampung para pengungsi Palestina juga kepada LSM yang membantu pengungsi Palestina.
Meski bantuan kemanusiaan sebesar US$ 110 juta itu masih berupa janji dari negara-negara yang berkontribusi, Kraehenbuehl menyebutnya sebagai 'jumlah yang penting'. Dia menambahkan bahwa UNRWA akan mencari dana lebih banyak untuk menutupi anggaran tahunan sebesar US$ 1,2 miliar pada September.
"Kami berharap (bantuan) ini bisa menjembatani banyak kebutuhan yang muncul dalam tiga hingga empat bulan ke depan," tuturnya kepada wartawan setempat.
Tahun lalu, UNRWA bergantung pada pendanaan ekstra dari negara-negara anggota dan tabungan internal untuk menutupi kekurangan anggaran sebesar US$ 446 juta. Tahun ini, UNRWA mengungkapkan bahwa anggaran mereka tidak berubah dari tahun 2018, yakni sebesar US$ 1,2 miliar.
UNRWA yang didirikan tahun 1949, mengelola sekolah-sekolah dan memberikan layanan kesehatan bagi sekitar 5 juta pengungsi Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat dan Jalur Gaza.
AS dan Israel tidak menyukai fakta bahwa para pengungsi Palestina bisa meneruskan status pengungsi kepada anak-anak mereka dan ingin mengurangi jumlah pengungsi yang menerima bantuan dari UNRWA. Para pengungsi Palestina menyebut hal itu melanggar hak-hak mereka.
Artikel Ini Bekerja Sama dengan Suara.com